BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses
ini tidak bias dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri
sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas
penggunaannya.
Dalam hal ini, kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan, diantaranya
tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan
penting untuk dibahas, maka kita menguraikannya dalam bentuk struktur yang
jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah adalah sebagai berikut :
1.
Apa definisi pertumbuhan dan perkembangan?
2.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik ?
3.
Bagaimana fase-fase pertumbuhan dan
perkembangan ?
4.
Bagaimana pola-pola perkembangan afektif
dan kognitif manusia?
5.
Apa saja tugas-tugas perkembangan
manusia?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Dapat mengetahui definisi dari pertumbuhan dan
perkembangan.
2.
Dapat mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
3.
Dapat mengetahui fase-fase pertumbuhan
dan perkembangan.
4.
Dapat mengetahui pola-pola perkembangan
afektif dan kognitif manusia.
5.
Dapat mengetahui tugas-tugas
perkembangan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pertumbuhan dan Perkembangan
Di dalam seluruh jangka kehidupan
manusia, semenjak dalam kandungan sampai meninggal di dalamnya terjadi
perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut
terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan dalam dirinya.
Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan dua istilah yang senantiasa digunakan secara bergantian. Keduanya
tidak bisa dipisah-pisah, akan tetapi saling bergantung satu dengan lainnya
bahkan bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses
transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang
herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan
struktur biologis.
Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak,
seperti berat, panjang, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup
perubahan yang semakin sempurna pada sistem jaringan saraf dan
perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan
dapat diartikan sebagai proses perubahan dan pematangan fisik.
Pertumbuhan jasmani berakar pada organisme yang selalu berproses untuk
menjadi besar. Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti dengan mengukur berat,
panjang, dan lingkaran seperti lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul,
lingkar lengan dan lain-lain. Dalam pertumbuhannya, setiap bagian tubuh
mempunyai perbedaan tempo kecepatan. Misalnya, pertumbuhan alat kelamin
berlangsung paling lambat pada masa anak-anak tetapi mengalami percepatan pada
masa pubertas. Sebaliknya, pertumbuhan susunan saraf pusat berlangsung pada
akhir masa anak-anak dan berhenti pada masa pubertas. Perbedaan
kecepatan masing-masing bagian tubuh mengakibatkan adanya perbedaan keseluruhan
proporsi tubuh dan juga menimbukan perbedaan dalam fungsinya.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner pada tahun 1957 (Sunarto, dkk, 1994: 31) yang menjelaskan bahwa "perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenetis,
berlangsung dari keadaan global dan kurang berdeferensiasi sampai ke keadaan di
mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap".
Dapat dikata konsep perkembangan itu mengandung unsur keseluruhan (totalitas)
dan berkesinambungan yang berlangsung secara bertahap. Selanjutnya Libert,
Paulus dan Stauss (Singgih, 1990: 31) merumuskan arti perkembangan yaitu:
"perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu
sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan". Selain
itu perkembangan proses perubahan akibat dari pengalaman. Istilah perkembangan
dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang
menampak.
Perubahan-perubahan meliputi
beberapa aspek, baik fisik maupun psikis. Perubahan dimaksud dapat
dikategorikan menjadi empat yaitu: (1) perubahan dalam ukuran; (2) perubahan
dalam perbandingan; (3) berubah untuk mengganti hal-hal yang lama; dan (4)
berubah untuk memperoleh hal-hal yang baru.
Soesilo Windradini (1995:
2) menyatakan bahwa perkembangan individu tidak berlangsung secara
otomatis, tetapi perkembangan tersebut sangat bergantung pada beberapa faktor,
yaitu: (1) heriditas, (2) lingkungan, (3) kematangan fisik dan psikis, dan (4)
aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, dalam arti anak bisa
mengadakan seleksi, bisa menolak dan menyetujui serta mempunyai emosi.
Perubahan dalam perkembangan
bertujuan untuk memperoleh penyesuaian diri terhadap lingkungan di mana ia
hidup. Untuk mencapai tujuan maka realisasi diri “aktualisasi diri”
sangat penting perannya. Realiasasi diri memainkan peran penting dalam kesehatan mental, maka
seseorang yang berhasil menyesuaikan diri dengan baik secara pribadi dan sosial
harus mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan minat dan keinginannya dengan
cara memuaskan dirinya. Tetapi pada saat yang sama harus menyesuaikan
dengan standar-standar yang diterima. Kurangnya kesempatan berdampak pada
kekecewaan dan sikap-sikap negatif terhadap orang lain dan bahkan terhadap
kehidupan pada umumnya.
Perubahan-perubahan baik fisiologis maupun psikologis tidak semua orang menyadarinya,
kecuali terjadinya perubahan itu secara mendadak, cepat, dan mempengaruhi
pola kehidupan mereka. Suatu bukti hampir semua orang takjub terhadap
masa pubertas, pertumbuhan melonjak dari akhir masa kanak-kanak ke awal masa
remaja. Sama halnya dengan usia lanjut ketika proses penuaan terus
berlangsung seseorang telah menyadari bahwa kesehatan mulai “berkurang” dan
pikiran mulai “mundur” sehingga perlu ada penyesuaian baru terhadap
perubahan dalam pola kehidupan mereka.
Beberapa pendapat para ahli mengenai pertumbuhan dan perkembangan
diantaranya adalah:
1.
Seifert dan Hoffnung mengartikan perkembangan sebagai “long-term changes in a person’s growth,
feelings, pattents of thinking, sosial relationship and motor skills.”
2.
C.P. Chaplin mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan
atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau organisme sebagai
suatu keseluruhan.
3.
A.E. Sinolungan mengartikan pertumbuhan menunjuk pada
kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat
tubuh.
4.
Ahmad Thonthowi mengartikan pertumbuhan sebagai
perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya
perbanyakan (multiplication) sel-sel.
5.
Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas
menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu
dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.
6.
F.J. Monks menyatakan perkembangan adalah suatu proses
ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat
diputar kembali.
Dari beberapa pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran
dimensif tubuh serta bagian-bagiannya. Sedangakn perkembangan menunjuk pada
perubahan-perubahan dalam bentuk bagian tubuh dan integrasi berbagai bagiannya
ke dalam satu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung. Intinya
bahwa pertumbuhan dapat diukur sedangkan perkembangan hanya dapat dilihat
gejala-gejalanya. Perkembangan dipersyarati adanya pertumbuhan.
2.1.1 Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dalam pertumbuhan akan terjadi
perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain- lain.
2. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat
pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi
hingga dewasa.
3. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang
ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi
susu, atau hilangnya refleks-refleks tertentu.
4. Dalam pertumbuhan terdapat ciri
baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan, seperti adanya rambut
pada daerah aksila, pubis, atau dada.
Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perkembangan selalu melibatkan
proses pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi, seperti perkembangan
sistem reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.
2. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu
perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju ke arah kaudal atau dari
bagian proksimal ke bagian distal.
3. Perkembangan memiliki tahapan yang
berurutan mulai dari kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan
melakukan hal yang sempurna.
4. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian perkembangan
yang berbeda.
5. Perkembangan dapat menentukan
pertumbuhan tahap selanjutnya, di mana tahapan perkembangan harus
melewati tahap demi tahap (Narendra, 2002).
2.1.2 Pentingnya mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik
Dengan mempelajari perkembangan peserta didik
kita akan memperoleh beberapa keuntungan. Pertama, kita akan mempunyai
ekspestasi yang nyata tentang anak dan ramaja. Dari psikologi perkembangan akan
diketahui pada umur berapa anak mulai berbicara dan mulai mampu berfikir abstrak.
Hal-hal itu merupakan gambaran umum yang terjadi pada kebanyakan anak,
disamping itu akan diketahui pula pada umur beberapa anak tertentu yang akan
memperoleh keterampilan prilaku pada emosi khsusus. Kedua, pengetahuan
tentang psikologi perkembangan anak membantu kita untuk merespons sebagaimana
mestinya pada prilaku tertentu dari seorang anak. Bila seorang anak dari Taman
Kanak-kanak tidak mau sekolah lagi karena diganggu temannya, apa yang harus
dilakukan oleh guru dan orang tuanya? Bila anak selalu ingin merebut mainan
dari temannya apakah dibiarkan saja? Psikologi perkembangan akan membantu
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan menunjukan sumber-sumber jawaban serta
pola-pola anak mengenai pikiran, perasaan dan prilakunya. Ketiga,
pengetahuan tentang perkembangan anak akan membantu mengenali berbagai
penyimpangan dari perkembanganyang normal. Keempat, terakhir, dengan
mempelajari perkembangan anak akan membantu memahami diri sendiri.
Berikut ini
adalah beberapa hal yang mendasari pentingnya mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik.
1. Masa Perkembangan Yang
Cepat
Pada anak
terjadi pertumbuhan-pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan
perubahan-perubahan yang dialami spesies lain. Perubahan fisik, misalnya pada
tahun pertama lebih cepat dari pada tahun-tahun berikutnya.
Hal yang
sama terjadi juga pada perubahan yang menyangkut interaksi social, perolehan
dan penggunaan bahasa, kemampuan mengingat serta berbagai fungsi lainnya.
2. Pengaruh Yang Lama
Alasan
lainnya mengapa mempelajari anak ialah bahwa peristiwa-peristiwa dan
pengalaman-pengalaman pada tahun-tahun awal menunjukan pengaruh yang lama dan
kuat terhadap perkembangan individu pada masa-masa berikutnya. Kebanyakan ahli
teori psikologi berpendapat bahwa apa yang terjadi hari ini sangant banyak
ditentukan oleh perkembangan kita sebagai anak.
3. Proses Yang Kompleks
Sebagai
peneliti yang mencoba memahami prilaku orang dewasa yang kompleks, berpendapat
bahwa mengkaji tentang bagaimana prilaku itu pada saat masih sederhana akan
sangat berguna. Misalnya ialah bahwa kebanyakan orang dapat membuat kalimat
yang panjang dan dapat dimengerti oleh orang lain. Manusia mampu berkomunikasi
dari cara yang sederhana sampai yang kompleks karena bahasa yang digunakan
mengikuti aturan-aturan tertentu. Tetapi menentukan apa aturan itu dan
bagaimana menggunakan adalah sulit. Suatu pendekatan terhadap masalah ini
adalah dengan mempelajari proses kemampuan berbahasa. Anak membentuk kaliamat
yang hanya terdiri atas satu atau dua kata, kalimat itu muncul dengan mengikuti
aturan yang diajarkan oleh orang dewasa. Dengan mengkaji kalimat pertama
tersebut para peneliti bahasa bertambah wawasannya tentang mekanisme cara
berbicara orang dewasa yang lebih kompleks.
4. Nilai yang diterapkan
Penelitian
tentang tahap awal perkembangan sosial secara relevan berkaitan dengan orang
tua tentang perannya dalam kehidupan sehari-hari, percobaan tentang strategi
pemecahan masalah pada anak akan memberikan informasi berharga tentang metode
belajar yang baik. Hasil penelitian atau pengkajian teoritis dapat secara
langsung atau tidal dapat mempengaruhi pada pola pendidikan atau pengajaran.
5. Masalah yang menarik
Anak
merupakan makhluk yang mengagumkan dan penuh teka teki serta menarik untuk
dikaji. Kemudahan anak umur dua tahun untuk mempelajari bahasa ibunya dan
kreativitas anak untuk bermain dengan temannya merupakan dua hal dari
karakteristik anak yang sedang berkembang. Misalnya banyak hal-hal yang
berkaitan dengan perkembangan anak yang merupakan misteri yang menarik. Dalam
hal ini ilmu pengetahuan lebih banyak menjumpai peretanyaan-pertanyaan dari
pada jawabannya.
2.2 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Sejak- awal
tahun 1980-an semakin diakuinya pengaruh keturunan (genetik) terhadap perbedaan
individu. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian perilaku genetik yang
mendukung, pentingnya pengaruh keturunan menunjukkan tentang pentingnya
pengaruh lingkungan. Perilaku yang kompleks yang menarik minat para ahli
psikologi (misalnya temperamen, kecerdasan dan kepribadian) mendapat pengaruh
yang sama kuatnya baik dari faktor-faktor lingkungan maupun keturunan
(genetik).
Aspek apa sajakah yang mempengaruhi faktor genetik? Menurut Santrok
(1992), banyak aspek yang dipengaruhi faktor genetik. Para ahli genetik menaruh
minat yang sangat besar untuk mengetahui dengan pasti tentang variasi
karakteristik yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Kecerdasan dan
temperamen merupakan aspek-aspek yang paling banyak ditelaah yang dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan.
a. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan manusia merupkan perubahan
fisik menjadi lebih besar dan lebih panjang, dan prosesnya terjadi sejak
manusia belum lahir hingga ia dewasa. Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan
dan perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu merupakan
awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf yang
membentuk sistem yang lengkap.
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan kelanjutan pertumbuhan
sebelum lahir. Proses pertumbuhan fisik manusia berlangsung sampai masa dewasa.
Selama tahun pertama dalam pertumbuhannya, ukuran panjang badannya akan
bertambah sekitar sepertiga dari panjang badan semula dan berat badannya
akan bertambah menjadi sekitar tiga kalinya. Sejak lahir hingga dengan umur 25
tahun, perbandingan ukuran badan manusia, dari pertumbuhan yang kurang
proporsional pada awal terbentuknya manusia (kehidupan sebelum lahir atau
prenatal) samapi dengan proporsi yang ideal dimasa dewasa.
Pertumbuhan fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi prilaku anak sehari-hari. Secara langsung pertumbuhan fisik
seorang anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Secara tidak
langsung, pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisik akan memepengaruhi
bagaimana anak itu memandang dirinya sendiri dan bagaimana ia memandang orang
lain.
b.
Kecerdasan (Intelek)
Kecerdasan atau daya pikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan saraf
otak. Pertumbuhan saraf yang telah matang akan diikuti oleh fungsinya dengan
baik, dan oleh karena itu seorang manusia akan juga mengalami perkembangan
kemampuan berpikirnya. Athur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwa
kecerdasan itu diwariskan (diturunkan). Ia juga mengemukakan bahwa lingkungan
dan biaya hanya mempunyai peranan minimal dalam kecerdasan. Dia telah melakukan
beberapa penelitian tentang kecerdasan, diantaranya ada yang membandingkan
tentang anak kembar yang barasal dari satu telur (identical twins) dan yang
dari dua telur (fraternal twins). Identical
twins memiliki genetik yang identik, karena itu kecerdasan (IQ) seharusnya
sama. Fraternal twins pada anak
sekandung genetiknya tidak sama karena itu IQ nya pun tidak sama. Menurut
Jensen bila pengaruh lingkungan lebih penting pada indentical twins yang berdasarkan pada lingkungan yang berbeda,
seharusnya menunjukan IQ yang berbeda pula. Kajian terhadap hasil penelitian
menunjukan bahwa identical twins yang
berdasarkan pada dua lingkungan yang berbeda korelasi rata-rata IQ nya. 82. Dua
saudara yang dipelihara pada dua lingkungan yang berbeda korelasi rata-rata IQ
nya 50.
Menurut Jensen IQ yang diukur dengan tes kecerdasan yang beku merupakan
indikator kecerdasan yang baik. Cara individu memecahkan masalah sehari-hari
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan kerja dan lingkungan sosial, merupakan
aspek-aspek kecerdasan yang penting dan tidak terukur oleh kecerdasan yang digunakan
oleh Jensen. Kareana itu tidaklah mengherankan bahwa studi tentang genetik
menunjukan bahwa lingkungan mempunyai pengaruh yang lemah terhadap kecerdasan. Jensen
mengatakan bahwa pengaruh keturunan kecerdasan sebesar 80 persen. Kecerdasan
memang dipengaruhi oleh keturunan tetapi kebanyakan ahli perkembangan
menyatakan bahwa pengaruh itu berkisar 50 persen.
Perkembangan lebih lanjut tentang perkembangan kecerdasan ini ditunjukkan
pada perilakunya, yaitu tindakan menolak dan memilih sesuatu. Tindakan itu
telah mendapatkan proses pertimbangan atau lebih dikenal dengan proses analisis,
evaluasi, sampai dengan kemanpuan menarik kesimpulan dan keputusan. Ketika
seseorang bisa melakukan peramalan atau prediksi, perencanaan dan berbagai
kemampuan analisis dan sintesis, hal ini dikenal dengan perkembangan kognitif.
c. Temperamen (Emosi)
Rasa dan perasaan merupakan salah satu
potensi yang khusus dimiliki oleh manusia. Dalam hidupnya atau dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia, banyak hal yang dibutuhkannya. Kebutuhan
setiap orang dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kebutuhan
jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan-kebutuhan itu ada yang primer yang
harus segera dipenuhi kebutuhannya dan kebutuhan sekunder yang yang
pemenuhannya dapat ditangguhkan. Jika kebutuhan primer tidak segera dipenuhi
maka seseorang akan merasa kecewa dan sebaliknya.
Temperamen adalah gaya/perilaku
karakteristik individu dalam merespons. Ahli-ahli perkembangan sangat tertarik
mengenai temperamen bayi. Sebagian bayi sangat aktif menggerak-gerakkan tangan,
kaki dan mulutnya dengan keras, sebagian lagi lebih tenang, sebagian anak
menjelajahi lingkungannya dengan giat pada waktu yang lama dan sebagian lagi
tidak demikian. Sebagian bayi merespons orang lain dengan hangat, sebagian lagi
pasif dan acuh tidak acuh. Gaya-gaya perilaku tersebut di atas menunjukan temperamen
seseorang.
Menurut
Thomas & Chess (1991) ada tiga tipe dasar temperamen yaitu mudah, sulit,
dan lambat untuk dibangkitkan.
1.
Anak yang mudah umumnya mempunyai suasana hati yang
positif dan dapat dengan cepat membentuk kebiasaan yang teratur, serta dengan
mudah pula menyelesaikan diri dengan pengalaman baru.
2.
Anak yang sulit cenderung untuk beraksi secara negatif
serta sering menangis dan lambat untuk menerima pengalaman-pengalaman baru.
3.
Anak yang lambat untuk dibangkitkan mempunyai tingkat
kegiatan yang rendah, kadang-kadang negatif, dan penyesuaian diri yang rendah
dengan lingkungan atau pengalaman baru.
Chess dan
Thomas berpendapat bahwa temperamen adalah karakteristik bayi yang baru lahir
dan akan dibentuk dan dimodifikasi oleh pengalaman-pengalaman anak pada
masa-masa berikutnya. Para peneliti menemukan bahwa indeks pengaruh lingkungan
terhadap temperamen sebesar 50% sampai 60% itu menunjukan lemahnya pengarus
tersebut. Kekuatan pengaruh ini biasanya menurun saat anak itu tumbuh menjadi
lebih besar. Menetap atau konsisten tidaknya temperamen bergantung kepada
“kesesuaian” hubungan antara anak dengan orang tuanya. Orang tua mempengaruhi
anak, tetapi anakpun mempengaruhi orang tua. Orang tua dapat menjauh dari anaknya
yang sulit, atau mereka dapat menegur dan menghukumnya. Hal ini akan menjadikan
anak yang sulit, menjadi lebih sulit lagi. Orang tua yang luwes dapat memberi
pengaruh yang menyenangkan terhadap anak yang sulit atau akan tetap menunjukan
kasih sayang walau anak menjauh atau berkeras kepala. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa keturunan dapat mempengaruhi temperamen. Tingkat pengaruh ini
bergantung pada respons orang tua terhadap anak-anaknya dengan
pengalaman-pengalaman masa kecil yang ditemui dalam lingkungan.
d.
Sosial
Sejalan dengnan pertumbuhan badannya, bayi yang telah menjadi anak dan
seterusnya dan menjadi dewasa akan mengenal lingkungan yang luas dan mengenal
banyak manusia. Perkenalan dengan orang lain dimulai dengan mengenal ibunya, kemudian
mengenal ayahnya dan saudara-saudaranya dan akhirnya mengenal manusia di luar
keluarganya. Selanjutnya manusia yang dikenalnya semakin banyak dan amat
heterogen, namun pada umumnya setiap anak akan lebih tertarik pada teman
sebayanya. Anak membentuk kelompok sebaya sebagai dunianya, memahami dunia
anak, dan kemudian dunia pergaulan yang lebih luas. Akhirnya manusia mengenal
kehidupan bersama, kemudian bermasyarakat atau berkehidupan sosial. Dalam
perkembangannya setiap manusia pada akhirnya mengetahui bahwa manusia itu
saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi.
e.
Bahasa
Fungsi bahasa adalah untuk komunikasi. Setiap orang senantiasa
berkomunikasi dengan dunia sekitarnya, dengan orang-orang disekitarnya.
Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan tanda, gerak dan
suara untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Bicara adalah bahasa
suara, bahasa lisan.
f. Bakat Khusus
Bakat
merupakan kemampuan tertentu atau khusus yang dimiliki oleh seorang individu yang
hanya dengan rangsangan atau sedikit latihan, kemampuan itu dapat berkembang
dengan baik. Di dalam definisi bakat yang dikemukakan Guilford (Sumadi: 1984),
bakat mencakup tiga dimensi yaitu: dimensi perseptual, dimensi psikomotor
dan dimensi intelektual.
Seseorang yang emilki bakat akan lebih
cepat dapat diamati, sebab kemampuan yang dimiliki akan berkembang dengan
pesat dan menonjol. Bakat khusus merupakan salah satu kemampuan untuk bidang
tertentu seperti dalam bidang seni, olah raga ataupun keterampilan.
g.
Sikap, Nilai dan Moral
Bloom (Woolfolk dan Nicolich, 1984:
390) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari proses belajar kelompok menjadi tiga
sasaran, yaitu penguasaaan pengetahuan (kognitif), penguasaaan nilai dan sikap
(afektif) dan penguasaan psikomorik.
Semakin tumbuh dan berkembang fisik
dan psikis manusia, manusia mulai dikenalkan terhadap nilai-nilai, ditunjukkan
hal-hal yang boleh dan hal-hal yang tidak boleh, yang harus dilakukan dan
yang dilarang. Menurut Piaget, pada awal pengenalan nilai dan prilaku seta
tindakan iti masih bersifat “paksaan”. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan
inteleknya berangsur-angsur manusia mulai berbagai ketentuan yang berlaku di
dalam keluarga dan semakin lama semakin luas sampai dengan
ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat dan Negara.
h.
Interaksi keturunan dan lingkungan
dalam perkembangan
Keturunan dan lingkungan berjalan bersama atau bekerja sama dan
menghasilkan individu dengan kecerdasan, tempramen tinggi dan berat badan,
minat yang khas. Karena pengaruh lingkungan bergantung pada karakteristik
genetik, maka dapat dikatakan bahwa antara keduanya terdapat interksi.
Pengaruh genetik terhadap kecerdasan terjadi pada awal perkembangan anak
dan berlanjut terus sampai dewasa. Kita ketahui pula bahwa dengan dibesarkan
pada keluarga yang sama dapat terjadi perbedaan kecerdasan secara individual
dengan variasi yang kecil pada kepribadian dan minat. Salah satu alasan
terjadinya hal itu ialah mungkin karena keluarga mempunyai penekanan yang sama
kepada anak-anaknya berkenaan dengan perkembangan kecerdasan yaitu dengan
mendorong anak mencapai tingkat tertinggi.
Contoh lain pubertas dan menopause bukanlah semata-mata hasil lingkungan.
Walaupun pubertas dan menopause dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
seperti nutrisi, beragam obat-obatan dan kesehatan, evolusi dasar dan program
genetik. Pengaruh keturunan pada pubertas dan menopause tidak diabaikan.
2.3 Fase-Fase
Pertumbuhan dan Perkembangan
Setiap orang
berkembang dengan karakteristik tersendiri. Hampir sepanjang waktu perhatian
kita tertuju pada keunikan masing-masing. Sebagai manusia, setiap orang melalui
jalan-jalan yang umum. Setiap diri kita mulai belajar berjalan pada usia satu
tahun, berjalan pada usia dua tahun, tenggelam pada permainan fantasi pada masa
kanak-kanak dan belajar mandiri pada usia remaja.
Menurut
Santrok dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang
dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama siklus
kehidupan. Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola gerakan itu kompleks
karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses: proses biologis, proses
kognitif dan proses sosial.
Proses-proses
biologis merupakan perubahan-perubahan fisik individu. Gen yang diwarisi dari
orang tua. Perkembangan otak, penambahan tinggi dan berat, keterampilan
motorik, dan perubahan-perubahan hormon pada masa puber mencerminkan peranan
proses-proses biologis dalam perkembangan.
Proses
kognitif meliputi perubahan-perubahan yang terjadi pada individu mengenai
pemikiran, kecerdasan dan bahasa. Mengamati gerakan mainan bayi yang digantung,
menghubungkan dua kata menjadi kalimat, menghafal puisi dan memecahkan
soal-soal matematik, mencermikan peranan proses-proses kognitif dalam
perkembangan anak.
Proses-proses
sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan individu
dengan orang lain, perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan individu
dengan orang lain, perubahan-perubahan dalam emosi dan perubahan-perubahan
dalam kepribadian. Senyuman bayi sebagai respon terhadap sentuhan ibunya, sikap
agresif anak laki-laki terhadap teman mainnya, kewaspadaan seorang gadis
terhadap lingkungannya mencerminkan peranan proses sosial dalam perkembangan
anak.
Hendaknya
selalu diingat bahwa antara ketiga proses, yaitu biologis, kognitif dan sosial
terdapat jalinan yang erat.Perubahan pada perkembangan merupakan produk dari
proses-proses biologis, kognitif dan sosial. Proses-proses itu terjadi pada
perkembangan manusia yang berlangsung pada keseluruhan siklus hidupnya.
Untuk
memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan pembagian berdasarkan
waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase. Santrok dan Yussen
membaginya atas lima yaitu: fase pranatal (saat dalam kandungan), fase bayi,
fase kanak-kanak awal, fase anak akhir, fase remaja, fase awal dewasa, fase
pertengahan dewasa dan fase akhir dewasa. Perkiraan waktu ditentukaii padn
setiap fase tintuk memperoleh gambaran waktu suatu fase itu dimulai dan
berakhir.
a.
Fase pra natal (saat dalam kandungan) adalah waktu
yang terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi
pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap
dengan otak dan kemampunn berperilaku, dihasilkan dalam waktu Iebih kurang
sembilan bulan.
b.
Fase bayi (infacy) adalah saat
perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24 bulan. Masa ini
adalah masa ynng sangat bergantung kepada orang tua. Banyak kegiatan-kegiatan
psikologis yang baru dimulai misalnya; bahasa, koordinasi sensori motor dan
sosialisasi.
c.
Fase kanak-kanak awal (early childhood)
adalah fase perkembangan yang berlangsung
sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa pra
sekolah. Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri banyak hal dan
berkembang keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan untuk bersekolah
dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain sendiri ataupun dengan
temannya. Memasuki kelas satu SD menandai berakhirnya fase ini.
d.
Fase kanak-kanak tengah dan akhir (middle
and late childhood) adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak
kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar.
Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan
berhitung. Secara formal mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas dengan
budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan
pengendalian diri sendiri bertambah pula.
e.
Fase remaja (adolescence) adalah masa
perkembangan yang merupakan transisi dari masa anak-kanak ke masa dewasa awal,
yang dimulai kira-kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18
sampai 22 tahun. Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat cepat,
perubahan perbandingan ukuran bagian-bagian badan, berkembangnya karakteristik
seksual seperti membesarnya payudara, tumbuhnya rambut pada bagian tertentu dan
perubahan suara. Pada fase ini dilakukan upaya-upaya untuk mandiri dan
pencarian identifas diri. Pemikirannya Iebih logis, abstrak dan idealis.
Semakin lama banyak waktu dimanfaatkan di luar keluarga.
f.
Masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan
yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun
dan yang berakhir pada usia tiga puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan
ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan
pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan
mengasuh anak anak.
g.
Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah
periode perkembangan yang bermula pada usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan
merentang hingga usia enampuluhan tahun. Ini adalah masa untuk memperluas
keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi
berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta
mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
h.
Masa akhir dewasa (late adulthood) ialah periode
perkembangan yang bermula pada usia enam puluhan atau tujuh puluh
tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian diri atas
berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan
penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.
2.4 Pola-Pola
Perkembangan Afektif dan Kognitif Manusia
2.4.1 Pola-Pola Perkembangan Afektif Manusia
Seorang ahli
psikoanalisa dan sekaligus seorang pendidik, Erik H. Erikson mengemukakan bahwa
perkembangan manusia adalah sintetis dari tugas-tugas perkembangan dan
tugas-tugas sosial. Dikemukakan pula bahwa perkembangan afektif merupakan dasar
perkembangan manusia. Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang
terdiri atas delapan tahap.
1.
Trust vs Mistrus/ Kepercayaan Dasar (0;0 – 1;0)
Bayi yang
kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu
dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan tumbuh
perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang disekitarnya
yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungkan
nasibnya. Jika pemeliharaan terhadap bayi itu tidak menetap, tidak memadai
sebagaimana mestinya, serta terkandung didalamnya sikap-sikap menolak, akan tumbuhlah
pada bayi itu rasa takut serta ketidakpercayaan yang mendasar terhadap
dunia sekelilingnya dan terhadap orang–orang disekitarnya. Perasaan ini akan
terus terbawa pada tingkat-tingkat perkembangan berikutnya.
2.
Autonomy vs Shame adn Doubt/Otonomi (1;0 – 3;0)
Pada tahap
ini Erikson melihat munculnya autonomy.
Dimensi autonomy ini timbulnya karena
adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada saat ini bukan hanya berjalan,
tetapi juga memanjat, menutup-membuka, menjatuhkan, menarik, dan mendorong,
memegang dan melepaskan. Anak sangat bangga dengan kemampuan ini dan ia ingin
melakukan banyak hal sendiri. Orang tua sebaiknya menyadari bahwa anak butuh
melakukan sendiri hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya menurut langkah dan
waktunya sendri. Anak kemudian akan mengembangkan perasaannya bahwa ia dapat
mengendalikan otot-ototnya, dorongan-dorongannya, serta mengendalikan diri dan
lingkungannya.
Orang tua
yang telalu melindungi dan selalu mencela hasil pekerjaan anak-anak,
berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang berlebihan sehungga anak tidak
dapat mengendalikan dunia dan dirinya sendiri.
Jika anak
meninggalkan masa perkembangan ini dengan autonomi yang lebih kecil dari pada
rasa malu dan ragu, ia akan mengalami kesulitan untuk memperoleh autonomi pada
masa remaja dan masa dewasanya. Sebaliknya anak yang dapat melalui masa ini
dengan adanya keseimbangan serta dapat mengatasi rasa malu dan ragu dengan rasa
autonomus, maka ia sudah siap menghadapi siklus-siklus kehidupan berikutnya.
Namun demikian keseimbangan yang diperoleh pada masa ini dapat berubah ke arah
positif maupun negatif oleh peristiwa-peristiwa di masa selanjutnya.
3.
Initiatives vs Guilt / inisiatif (3;0 – 5;0)
Inisiatif
anak akan lebih terdorong dan terpupuk bila orang tua memberi respon yang baik
terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melakukan kegiatan-kegiatan motoris
sendiri dan bukan hanya bereaksi atau meniru anak-anak lain. Hal yang sama
terjadi pada kemampuan anak untuk menggunakan bahasa dan kegiatan fantasi. Dimensi
sosial pada tahap ini mempunyai dua ujung : inititive
guilt. Anak yang diberi kebebasan dan kesempatan untuk berinisiatif pada
permainan motoris serta mendapat jawaban yangmemadai dari pertanyaan–pertanyaan
yang diajukan (Iintelectual inititive). Maka inisiatifnya akan
berkembang dengan pesat.
4.
Industry vs Inferiority / produktivitas (6;0 – - 11;00)
Anak mulai
mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan yang ada.
Dimensi psikososial yang muncul pada masa ini adalah :
Sense of
industry
sense of inferiority
Anak
didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda yang
praktis, dan mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu.
Pada usia
Sekolah Dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan rumah saja melainkan
mencakup juga lembaga–lembaga lain yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan
individu. Pengalaman–pengalaman sekolah anak mempengaruhi industry dan inferiority
anak. Anak dengan IQ 80 atau 90 akan mempunyai pengalaman sekolah yang
kurang memuaskan walaupun sifat industri dipupuk dan dikembangkan di rumah. Ini
dapat menimbulkan rasa inferiority (rasa tidak mampu). Keseimbangan industry
dan inferiority bukan hanya bergantung kepada orang tuanya, tetapi
dipengaruhi pula oleh orang-orang dewasa lain yang berhubungan dengan anak itu.
5. Identity vs Role Confusion /
Identitas (12;0 – 18;0)
Pada saat
ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. Ia mempunyai perasaan
-perasaan dan keinginan–keinginan baru sebagai akibat perubahan-perubahan
tubuhnya. Pandangan dan pemikirannya tentang dunia sekelilingnya mengalami
perkembangan. Ia mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain. Ia berpikir
pula apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Ia mulia mengerti tentang
keluarga yang ideal, agama dan masyarakat yang dapat diperbandingkannya dengan
apa yang dialaminya sendiri.
Menurut Erikson pada tahap ini
dimensi interpersonal yang muncul adalah :
Ego
identity
role confusion
Pada masa
ini remaja harus dapat mengintegritaskan apa yang telah di alami dan
dipelajarinya tentang dirinya sebagai anak, siswa, teman, anggota, pramuka dan
lain sebagainya menjadi satu kesatuan sehingga menunjukan kontinuitas dengan
masa lalu dan siap menghadapi masa datang.
Peran orang
tua yang pada masa lalu berpengaruh secara langsung pada krisis perkembangan,
maka pada masa ini pengaruhnya tidak langsung. Jika anak mencapai masa remaja
dengan rasa terima kasih kepada orang tua, dengan penuh kepercayaan, mempunyai autonomy,
berinisiatif, memiliki sifat-sifat industry,
maka kesempatan kepada ego indentiti sudah berkembang.
6.
Intimacy vs Isolation / Keakraban (19;0 – 25;0)
Yang
dimaksud dengan intimacy oleh Erikson
selain hubungan antara suami istri adalah juga kemampuan untuk berbagai rasa
dan memperhatikan orang lain. Pada tahap ini pun keberhasilan tidak tergantung
secara langsung kepada orang tua. Jika intimacy
ini tidak terdapat diantara sesama teman atau suami istri, menurut Erikson,
akan terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian tanpa adanya
orang lain untuk berbagi rasa dan memperhatikan.
7. Generavity vs Self
Absorption / Generasi Berikut (25;0 – 45;0)
Generativity berarti bahwa orang mulai
memikirkan orang–orang lain diluar keluarganya sendiri, memikirkan generasi
yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi itu hidup. Generativity
ini bukan hanya terdapat pada orang tua (ayah dan ibu), tetapi terdapat pula
pada individu-individu yang secara aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda
serta berusaha membuat tempat kerja yang lebih baik untuk mereka hidup. Orang
yang tidak berhasil mencapai Generativity berarti ia berada dalam
keadaan self absorption dengan hanya memutuskan perhatiah
kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenangan pribadi saja.
8.
Integrity vs Despair / Integritas (45;0)
Pada tahap
ini usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan, dan
merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-cucu. Integrity timbul dari kemampuan individu untuk melihat kembali
kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair,
yaitu keadaan dimana individu yang menengok ke belakang dan meninjau
kembali kehidupannya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah,
serta disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat.
Sebagai
rekapitulasi dapat dinyatakan bahwa penahapan perkembangan afektif manusia
merupakan perpaduan dari tugas-tugas perkembangan dan tugas–tugas sosial.
Perkembangan afektif suatu tahap dapat berpengaruh secara positif maupun
negatif terhada tahap berikutnya. Jika anak mencapai tahap ketiga yang bergaul
dengan anak bukan hanya orang tuanya saja melainkan juga orang dewasa lainnya
disekolah, yaitu guru.
2.4.2 Pola Perkembangan Kognitif Manusia
Perkembangan
kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan
perkembangan umurnya. Maka pengajaran harus direncanakan sedemikian rupa
disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan peserta didik. Jean Piagiet
mengemukakan proses anak sampai mampu berpikir seperti ornag dewasa melalui
empat tahap perkembangan, yakni :
1.
Tahap Sensori motor (0;0 –
2;0)
Kegiatan
intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala yang diterima
secara langsung melalui indra. Pada saat anak mencapai kematangan dan mulai
memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya dengan
menerapkannya pada objek–objek yang nyata. Anak mulai memahami hubungan antara
benda dengan nama yang diberikan kepada benda tersebut.
2. Tahap praoperasional
(2;0 – 7;0)
Pada tahap
ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang dipergunakan untuk
menunjukan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya. Keputusan yang diambil
hanya berdasarkan intuisi bukan berdasarkan analisis rasional. Anak biasanya mengambil
kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang
besar.
3. Tahap operasional
konkrit (7;0 – 11;)
Kemampuan
berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis
untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya
adalah permasalahan yang konkrit.
Pada tahap
ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah yang menuntutnya
untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anak sering kali menjadi
frustasi bila disuruh mencari arti tersenbunyi dari suatu kata dalam tulisan
tertentu. Mereka menyukai soal-soal yang tersedia jawabannya.
4. Tahap operasional
formal (11; – 15;0)
Tahap ini
ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara
berpikir terhadap permasalahan dari semua kategori, baik yang abstrak maupun
yang kongkret. Pada tahap ini anak sudah dapat memikirkan buah pikirannya,
dapat membentuk ide-ide, berpikir tentang masa depan secara realistis.
Sebelum
menekuni tugasnya membimbing dan mengajar, guru atau calon guru sebaiknya
memahami teori Piagiet atau ahli lainya tentang pola-pola perkembangan
kecerdasan peserta didik. Dengan demikian mereka memiliki landasan untuk
mengembangkan harapan-harapan yang realistis mengenai perilaku peserta didik.
2.5 Tugas-Tugas
Perkembangan Manusia
Tugas
perkembangan menurut Robert J. Havighurs adalah sebagai tugas yang muncul pada
suatu periode tertentu dalam kehidupan individu. Yang merupakan keberhasilan
yang dapat memberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-tugas
berikutnya. Kegagalan akan menimbulkan kekecewaan bagi individu, penolakan oleh
masyarakat dan kesulitan untuk tugas perkembangan berikutnya.
Tugas perkembangan pada masa
kanak-kanak
1.
Belajar berjalan.
2.
Belajar makanan padat.
3.
Belajar mengendalikan gerakan badan.
4.
Mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
5.
Memperoleh stabilitas fisiologis.
6.
Membentuk konsep-konsep sederhana tentang kenyataan
sosial dan fisik.
7.
Belajar menghubungkan dirii secara emosional dengan
orang tua, kakak adik dan orang lain.
8.
Belajar membedakan yang benar dan salah.
Tugas
perkembangan masa anak
1.
Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk
permainan tertentu.
2.
Membentuk sikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai
organisme yang sedang tumbuh.
3.
Belajar bergaul secara rukun dengan teman sebaya.
4.
Mempelajari peranan yang sesuai dengan jenis kelamin.
5.
Membina keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan
berhitung.
6.
Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
7.
Membentuk kata hati, moralitas dan nilai-nilai.
8.
Memperoleh kebebasan diri.
9.
Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok
dan lembaga-lembaga sosial.
Tugas
Perkembangan masa remaja
1.
Memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang
dengan yang sebaya dari kedua jenis kelamin.
2.
Memperoleh peranan sosial dengan jenis kelamin
individu.
3.
Menerima fisik dari dan menggunakan badan secara
efektif.
4.
Memperoleh kebebasan diri melepaskan ketergantungan
diri dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
5.
Melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan.
6.
Memperoleh kebebasan ekonomi.
7.
Persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
8.
Mengembangkan keterampilan intelektual dan
konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik.
9.
Memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat
dipertanggung jawabkan secara sosial.
10.
Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai
pedoman berperilaku.
Tugas
perkembangan masa dewasa awal
1.
Memilih pasangan hidup.
2.
Belajar hidup dengan suami atau istri.
3.
Memulai kehidupan berkeluarga.
4.
Membimbing dan merawat anak.
5.
Mengolah rumah tangga.
6.
Memulai suatu jabatan.
7.
Menerima tanggung jawab sebagai warga negara.
8.
Menemukan kelompok sosial yang cocok dan menarik.
Tugas –
tugas perkembangan masa setengah baya
1.
Memperoleh tanggung jawab sosial dan warga negara.
2.
Membangun dan mempertahankan standar ekonomi.
3.
Membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia.
4.
Membina kegiatan pengisi waktu senggang orang dewasa.
5.
Membina hubungan dengan pasangan hidup sebagai pribadi.
6.
Menerima dan menyesuiakan dir dengan perubahan–perubahan
fisik sendiri.
7.
Menyesuaikan diri dengan pertambahan umur.
Tugas –
tugas perekembangan orang tua
1.
Menyesuiakan diri dengan menurunnya kesehatan dan
kekuatan fisik.
2.
Menyesuaikan tubuh terhadap masa pensiun dan
menurunnya pendapatan.
3.
Menyesuiakan diri terhadap meninggalnya suami atau
istri.
4.
Menjalin hubungan dengan perkumpulan manusia usia
lanjut.
5.
Memenuhi kewajiban sosial dan sebagai warga negara.
6.
Membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
Menurut Havighurs
setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek–aspek
lain, yaitu fisik, psikis, serta emosional, moral dan sosial. Dikemukakannya
perkembangan yang dicapai individu pada masa kanak-kanak, masa anak, masa
remaja, masa dewasa awal, masa setengah baya dan masa tua.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan yang ada pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai
hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal
pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan
jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut
peningkatan ukuran dan struktur biologis.
2.
Perkembangan
sejalan dengan prinsip orthogenetis, berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdeferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan
integrasi meningkat secara bertahap.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan antara lain: pertumbuhan fisik, kecerdasan, temperamen (emosi),
sosial, bahasa, bakat khusus, sikap nilai dan moral, interaksi keturunan dan
lingkungan dalam perkembangan.
4.
Fase-fase pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
manusia antara lain: fase pra natal, fase bayi, fase kanak-kanak awal, fase
kanak-kanak tengah dan akhir, fase remaja, fase awal dewasa, fase pertengahan
dewasa, fase akhir dewasa.
5.
Pola-pola perkembangan pada manusia terbagi menjadi
dua yaitu pola perkembangan afektif yang terdiri dari delapan tahap dan pola
perkembangan kognitif yang terdiri dari empat tahap.
6.
Tugas perkembangan menurut Robert J. Havighurs adalah
sebagai tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu.
7.
Masa-masa tugas perkembangan manusia antara lain: masa
kanak-kanak, masa anak, masa remaja, masa dewasa awal, masa setengah baya, masa
perkembangan orang tua.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali
Mohammad,Mohammad Asrori.2012.Psikologi
Remaja.Jakarta:PT.Bumi Aksara.
Fatimah
Enung.2010.Psikologi Perkembangan
(Perkembangan Peserta Didik).Bandung:CV.Pustaka Setia.
Hurlock, Elisabeth B. 1991. Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan oleh
Istiwidayanti, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.
L. Zulkifli.
2000. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mappiare. A.
1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.
Monks, FJ, dkk. 1984. Psikologi
Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press.
Rochman
Natawidjaja.1979. Psikologi Pendidikan. Jakarta :CV Mutiara.
Santrock, J. W. 2003. Adolescence:
Perkembangan Remaja. Alih Bahasa: Shinto D. Adelar & Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.
Singgih D.Gunarsa dan Ny. Singgih
D.G. 1990. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Soerpartinah
Pakasi.1981.Anak dan perkembangannya .Jakarta: PT Gramedia.
Soesilo
Windradini dan Suwandi, Iksan. 1995. Perkembangan Peserta Didik.
Malang: FIP IKIP MALANG.
Sunarto dan Hartono, Ny. Agung. 1994. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud.
Surakhmad Winarno. 1980. Psikologi Pemuda. Bandung: Jemars.
Soetjiningsih, SpAk. 1995.
Tumbuh
Kembang Anak, Jakarta: EGC.
Tim
Pengembangan MKDK IKIP Semarang. 1989.Psikologi Perkembangan. Semarang :
IKIP Semarang Press.
Wikel, W.S. 1987. Psikologi
Pengajaran. Jakarta : PT Gramedia.
Internet:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar